Wahyu Tri Wibowo, Teman Disabilitas Tuna Rungu, Berhasil Menyelesaikan Program Magister di FIK UNY

Ada yang berbeda pada yudisium bulan Februari ini, bukan karena dilaksanakan saat hari Valentine, bukan. Namun, saat pembacaan Ikrar Alumnus, yang biasanya hanya dibacakan seorang perwakilan mahasiswa, kali ini dibacakan secara auditori dan visual. Agus Sari M. Rifai dari Prodi S2 Ilmu Keolahragaan membacakan Ikrar Alumnus secara langsung, dan Wahyu Tri Wibowo, teman disabilitas Tuna Rungu, dari Prodi S2 Pendidikan Kepelatihan Olahraga menerjemahkannya ke dalam bahasa isyarat.

Selama kuliah S2 ini, Wahyu dibantu oleh temannya, seorang volunteer untuk penyandang disabilitas Tuna Rungu, sebagai penerjemah saat kuliah atau saat Wahyu harus presentasi. Wahyu adalah penyandang Disabilitas pertama yang berhasil lulus Program Magister di FIK UNY. Ada 2 mahasiswa lain penyandang disabilitas yang saat ini juga kuliah di FIK Program Sarjana.

Saat ini Wahyu adalah Pegawai Negeri Sipil yang bekerja di Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga DIY bidang Pendidikan Khusus, dia ingin memperjuangkan dan memberdayakan atlet disabilitas khususnya Tuna Rungu yang masih belum setara dibandingkan dengan atlet biasa.  

Keinginan Wahyu untuk melanjutkan Studi S2 di Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNY, karena dia ingin mengetahui bagaimana caranya menjadi pelatih, dan mengimplementasikan ilmunya untuk bisa menjadi Pelatih bagi para disabilitas terutama Tuna Rungu. Saat ini, penyandang disabilitas Tuna Rungu dianggap setara dengan orang biasa, karena secara fisik, mereka terlihat sama. Perlakuan terhadap mereka pun disamakan. Padahal, banyak sekali kelemahannya, mereka tidak dapat mendengar instruksi dari pelatih, dari wasit, atau pengumuman yang disampaikan oleh panitia. Sehingga ada gap yang harus mereka lalui selama ini. Oleh karenanya Wahyu ingin mengubah paradigma dan memperbaiki supaya teman disabilitas Tuna Rungu dapat mendapat apa yang mereka perlukan selama ini.

Wahyu dahulunya adalah atlet Deaflympics cabang Olahraga Bulutangkis. Dia mengikuti Deaflympics di Taiwan 2009 di Taiwan dan behasil merebut juara III, dan tahun 2017 di Turki, namun belum berhasil menjuarainya. Banyak yang ingin dicapai dan diraihnya untuk bisa memperjuangkan teman-teman atlet Tuna Rungu, masih banyak keinginannya yang belum terwujud. Semoga nanti, dia bisa berhasil dan mewujudkan keinginannya. (PD)